A space where curiosity and discovery meet. Journey through reflections on life, literature, and learning. Here, I share insights from the worlds I explore, both near and far, through pages and places. Join me as I dive into books, research, and the endless paths of a wandering soul seeking meaning in every moment.
Seperti yang sudah diketahui, bahwa tiap tahunnya prodi mengadakan Study Tour atau KKL (Kuliah Kerja Lapangan), maka tahun 2019 pun kami memutuskan jadwal yang tepat untuk melakukannya.
Tahun lalu tujuan kami adalah Jepang (Tokyo, Kyoto dan Osaka), tahun ini kami berencana untuk ke Seoul, Korea Selatan. Peserta pun diseleksi dan tidak melebihi dari 10 orang dikarenakan agak riskan mengelola terlalu banyak rombongan mengingat kita harus bergerak gesit dan tepat waktu.
Setelah terkumpul pesertanya, kami pun secara berkala melakukan meeting dan diskusi untuk destinasi di Seoul nantinya, jadwalnya bagaimana, PIC siapa saja di tiap destinasinya, beserta kegiatan apa saja yang harus dilaporkan dalam buku laporan KKL, dan tak lupa yang terpenting adalah akomodasinya dan berapa budget yang harus disediakan.
Ohiya perlu ditekankan, kita memilih Seoul sebagai destinasi KKL tahun ini dikarenakan ada event arsitektur tahunan yaitu Seoul Biennale, dimana bertepatan diadakan pada saat itu.
Kalau sebelum pergi, ngebayangin akan pergi kesuatu tempat yang jauh dan belum pernah itu rasanya deg deg serrr banget ya. Walau ini merupakan kali ke 5 saya mengunjungi Korea Selatan, tapi rasa euphorianya masih sama, soalnya sudah lama banget tidak pergi kesana. Terakhir tahun 2013.
Pertama di tahun 2007 pada saat masih kuliah S1, izin kuliah ikut mama ke Korea, kalo dipikir-pikir nekat juga sih dasar gejolak jiwa ABG ya. Bela-belain ikut karena dulu sering banget nonton K-Drama jadi pengenlah ke Korea biar tau gitu rasanya gimana.
Kedua di tahun 2009 waktu masih kuliah S1 juga, nekat lagi bolos kuliah demi ke Korea ikut mama *maaf ya ma, dulu ayuk ngerepotin suka ikut--ikut mama pergi*. Dulu kuliah banyak bolosnya pergi-pergi mulu, pasti dosen pada kesel, untung lulus dah haha.
Ketiga adalah di tahun 2012 waktu masih baru-baru lulus S1 untuk mengikuti pelatihan dari CITYNET dibidang transportasi kota (Urban Transportation). Waktu itu iseng-iseng aja registrasi rupanya keterima, seluruh biaya ditanggung pula, disana pun masih dapat uang saku. Alhamdulillah, selain bisa nambah-nambahin tabungan dan pengalaman, akhirnya aku bisa buat mama bangga. 😆
Dan yang keempat itu di tahun 2013, saat itu sudah mulai kuliah S2 untuk mengikuti pelatihan di bidang Water Management. Sama dibiayain, tapi kala itu hanya sebagian saja, sisanya bayar sendiri. Ya gapapa toh, demi pengalaman dan demi ke Korea lagi.
Nah yang kelima ini mengawal adik-adik mahasiswa S1 Arsitektur untuk KKL di tahun 2019.
Entah yang keenam kapan lagi, tunggu pandemi ini selesai ya. Keburu nikah juga dah w, mau pergi kemana-mana kudu izin suami, canda suami. Love you papa apel.💋 :)
---
Transit di Kuala Lumpur, Malaysia
Seperti biasa, karena mayoritas kami adalah segerombolan mahasiswa, maka kami menggunakan paket travel sehemat mungkin guna menekan biaya pengeluaran. Penerbangan menggunakan Air Asia dari Jakarta menuju Kuala Lumpur untuk transit dan bermalam disana, dengan keesokan harinya adalah penerbangan lanjutan menuju ke Seoul.
Di KL kami bermalam di KLIA (Kuala Lumpur International Airport), daripada nyewa hostel mending kami ngepor-ngepor gratis aja di airport, sekalian ngetes kekerasan lantainya. Jadi sembari nunggu malem, kami tidak melewatkan kesempatan untuk sightseeing di Kuala Lumpur (KLCC, Twin Tower, Bukit Bintangg, dll). Banyak spot yang kami kunjungi di tengah hecticnya mencari jalan yang benar, menitip koper yang berjibun, mencari tempat mandi dan makan, cepet-cepetan nge-cup tempat tidur dll.
---
Day 1: Keberangkatan ke Seoul - Incheon Int'l Airport - Hongdae District
Incheon Airport merupakan bandara terbesar di Korea Selatan, ketika sampai di bandara ini mata langsung disuguhi dengan rangka atap baja bentang lebar ekspose yang megah. Bandara ini didesain oleh arsitek Terry Farrel dan Curti W. Fentress di tahun 1992 - 2001. Setiba di Incheon kami langsung mencari convenient store untuk membeli kartu T-Money biar bisa kemana-mana naik transportasi massal (lucu gambarnya line friends).
Hongdae merupakan singkatan dari Hongik Daehakgyo (Hongik Univ.), yang tentu saja berlokasi berdekatan dengan universitas terkemuka tersebut. District ini merupakan pusat perbelanjaan dan pusat budaya tempat dimana mahasiswa-mahasiswa berkumpul. sehingga kawasan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
---
Day 2: Seoullo - Namdaemun St. - Seoul Central Mosque - Leeum Samsung - Dongdaemun Design Plaza - Cheonggyecheon - Myeongdong District
Terletak di jantung kota Seoul, sebuah infrastruktur kota yang multifungsi dibangun di atas jalan raya sekaligus menjadi taman sepanjang 983 meter yang memiliki 50 spesies tanaman termasuk pohon, semak dan bunga.
Seoullo, nama Korea untuk Skygarden ini diterjemahkan sebagai 'menuju Seoul' dan 'Seoul Street', sementara 7017 menandai tahun konstruksi jembatan layang' tahun 1970, dan fungsi barunya sebagai jalan umum pada tahun 2017. Jembatan pejalan kaki di dekatstasiun utama Seoul adalah langkah selanjutnya untuk menjadikan kota lebih hijau, lebih ramah lingkungan dan lebih menarik. (Source)
Dibuka pada tahun 1964, Namdaemun adalah pasar tradisional terbesar di Korea dengan toko-toko yang menjual berbagai barang. Semua produk dijual dengan harga terjangkau dan toko-toko di kawasan ini juga berfungsi sebagai pasar grosir.
Sebagian besar barang dibuat langsung oleh pemilik toko. Saat siang hari, lokasi pembeli yang sibuk di sekitar pasar menciptakan pemandangan unik yang menarik wisatawan di seluruh dunia. Pasar Namdaemun menjual berbagai macam pakaian, gelas, peralatan dapur, mainan, perlengkapan gunung, peralatan memancing, alat tulis, seni rupa, aksesoris, topi, karpet, bunga, ginseng, dan barang-barang impor. (Source)
Seoul Central Mosque adalah masjid yang dibangun di daerah Itaewon, Seoul, Korea Selatan dan dibuka pada tahun 1976. Terletak di Hannam-dong, Yongsan-gu. Sebagai satu-satunya Masjid di Seoul, tidak sedikit warga Korea menjadikannya sebagai tempat wisata untuk dikunjungi pada akhir pekan untuk mendengar pembicaraan yang diberikan tentang Islam. (Source)
Disekitaran masjid banyak terdapat halal resto yang menjual berbagi macam jenis makanan termasuk makanan Korea. Karena lagi di Korea, jadi ya kita coba makan siang di resto halal korea deh.
Pada tahun 2004, Samsung Art Museum, membuka Leeum yang terletak di Hannam-dong. Leeum kini telah berkembang menjadi salah satu museum terkemuka di Korea, melalui kegiatan dan pencapaian penting, termasuk pameran koleksi yang sangat dihormati dan pameran khusus. (Source)
Dongdaemun Design Plaza (DDP) adalah landmark terbaru dan paling ikonik Korea. Terletak di pusat area Dongdaemun, DDP berfungsi sebagai tempat utama untuk pertunjukan dan konferensi terkait desain, pameran, dan acara serta pertemuan lainnya.
Dirancang oleh arsitek terkenal dunia, Zaha Hadid, DDP adalah arsitektur atipikal terbesar di dunia. DDP terdiri dari lima aula: Art Hall, Museum, Design Lab, Design Market, dan Dongdaemun History and Culture Park. Art Hall adalah landasan peluncuran utama untuk industri kreatif Korea. Aula adalah tempat utama untuk konvensi, pameran dagang, pameran, peragaan busana, konser, dan pertunjukan. Museum Hall menyatukan desain Korea dan tren global. Museum Hall terdiri dari lima bagian: Design Playground, Design Dulle-gil (trail), Design Museum, Design Exhibition Hall, dan Design Rest Area. Design Lab berfungsi sebagai inkubator bagi para desainer produk kreatif Korea dan internasional yang sedang naik daun. Design Market adalah ruang serbaguna yang menggabungkan budaya, pengalaman, dan belanja. Aula ini buka 24 jam sehari untuk memberikan kenyamanan tambahan bagi pengunjung Pasar Dongdaemun, kota yang tidak pernah tidur. (Source)
Seoul Biennale of Architecture and Urbanism 2019merupakan pameran utama di Dongdaemun Design Plaza dengan tema Collective City.
Tujuan dari Seoul Biennale adalah untuk menyediakan platform bagi publik untuk bertukar informasi dan mengadakan diskusi tentang penciptaan dan perubahan kota. Untuk itu, acara ini bertujuan untuk mendefinisikan kembali arsitektur dan urbanisme agar selaras dengan peran model kota kolektif yang dapat diciptakan dan dinikmati bersama oleh publik. Pada saat kota-kota semakin timpang dan segregasi, muncul pertanyaan apakah mereka dapat terus dianggap sebagai ruang kolektif dan alat atau strategi apa yang dapat digunakan untuk mengubah kota menjadi ruang kolektif. (Source)
Seoul Biennale akan berfungsi sebagai platform untuk berbagi berbagai pengalaman kota di seluruh dunia melalui empat pameran, Pameran Tematik, Pameran Kota, Studio Global, dan Proyek di Tempat.
Cheonggyecheon Stream adalah sungai sepanjang 11 km yang mengalir melalui pusat kota Seoul. Dibuat sebagai bagian dari proyek pembaruan kota, Sungai Cheonggyecheon adalah restorasi sungai yang pernah ada selama Dinasti Joseon (1392-1910). Sungai itu ditutup dengan jalan raya layang setelah Perang Korea (1950-1953), sebagai bagian dari pembangunan ekonomi negara itu pascaperang. Kemudian pada tahun 2003, jalan raya layang dihilangkan untuk mengembalikan aliran sungai ke bentuknya yang sekarang. Alirannya dimulai dari Cheonggye Plaza, tempat seni budaya yang populer, dan melewati total 22 jembatan sebelum mengalir ke Sungai Hangang, dengan banyak atraksi di sepanjang jalan. (Source)
Myeongdong adalah salah satu distrik perbelanjaan utama di Seoul. Dua jalan utama bertemu di tengah blok dengan satu dimulai dari Stasiun Subway Myeong-dong (Seoul Subway Line No. 4) dan yang lainnya dari Lotte Department Store di Euljiro. Banyak toko bermerek dan department store berjejer di jalan dan gang. Produk yang umum dijual antara lain pakaian, sepatu, dan aksesoris. Tidak seperti Namdaemun atau Dongdaemun, banyak merek desainer yang dijual di Myeong-dong. Selain itu, beberapa department store besar memiliki cabang di sini, termasuk Lotte Department Store, Shinsegae Department Store, Myeong-dong Migliore, Noon Square, dan M Plaza. Department store membawa banyak label premium dan barang-barang modis lainnya dengan harga yang wajar. (Source)
---
Day 3: Ehwa Woman University - Donuimun Museum Village, Seoul Hall of Urbanism & Architecture, Sewoon Plaza
Karena Ehwa University merupakan kampus perempuan, tak heran di seputaran areanya punya toko-toko yang menjual pernak pernik unik dan lucu. Jejeran baju, kosmetik, tas hingga sepatu pun berderet. Belum lagi beberapa salon dan tempat aksesoris. Di sini pengunjung bisa berbelanja keperluan dari kepala hingga ujung kaki.
Kampus ini merupakan universitas privat bagi perempuan di Korsel. Berdiri pada tahun 1886, menjadi salah satu tempat belajar paling prestisius di sini. Baru-baru ini, dinobatkan sebagai kampus wanita paling besar di dunia. Areanya dipenuhi bangunan arsitektur kuno, beberapa di antaranya mirip kastil tua. Desain tamannya ditata indah. Perpaduan kuno dan modern bertemu di tengah-tengah kampus. Tak heran banyak wisatawan yang datang dan mengabadikan momen mereka di sini. Pada musim semi tiba, bunga sakura bermekaran, begitu juga dengan kembang lainnya. Saat musim gugur, warna dedaunan berubah. (Source)
Terletak di dalam gerbang barat Kota Seoul, Donuimun Museum Village adalah desa dengan nilai sejarah dan budaya yang signifikan. Tempat yang bagus untuk berjalan-jalan di hari yang berangin, inilah semua yang perlu Anda ketahui tentang Desa Museum Donuimun.
Nama Geumga Plaza pasti sudah tidak asing bagi penonton setia drama Vincenzo. Tempat yang menjadi lokasi syuting utama drama tersebut aslinya bukan bernama Geumga Plaza, melainkan Sewoon Cheonggye Plaza atau Pusat Perbelanjaan Sewoon. Saat itu salah satu spot Seoul Biennale 2019 adalah di Plaza ini.
Pemandangan sore dari Plaza ini indah sekali dihiasi pegunungan dan juga desiran air yang berasal dari upstream Cheonggye.
Mengutip Visit Seoul, Pusat Perbelanjaan Sewoon didirikan pada tahun 1968 sebagai pasar elektronik pertama Korea di bawah gagasan untuk menciptakan kompleks komunitas bisnis yang berkembang dan telah ada selama lebih dari 40 tahun. (Source)
---
Day 4: Gyeongbok Palace - MMCA Seoul - Bukchon Hanok Village - Amora Pacific
Dibangun pada tahun 1395, Gyeongbokgung sering disebut sebagai Istana Utara karena letaknya paling utara jika dibandingkan dengan istana tetangga Changdeokgung (Istana Timur) dan Istana Gyeonghuigung (Istana Barat). Istana Gyeongbokgung bisa dibilang yang paling indah, dan tetap yang terbesar dari semua lima istana. Tempat itu pernah dihancurkan oleh api selama Perang Imjin (1592-1598). Namun, semua bangunan istana kemudian dipugar di bawah kepemimpinan Heungseondaewongun pada masa pemerintahan Raja Gojong (1852-1919). (Source)
National Museum of Modern and Contemporary Art, Seoul (MMCA Seoul) sebagai salah satu dari empat museum seni modern besar di kota ini, MMCA Seoul bertujuan memberikan pengalaman budaya yang mendalam pada publik untuk memahami seni dan budaya bangsa. Kagumi banyaknya koleksi karya seni nasional di museum, mulai dari berbagai karya modern dan kontemporer Korea hingga karya agung internasional dari periode waktu yang berbeda. (Source)
Desa Bukchon Hanok (Bukchon Hanok Village) adalah rumah bagi ratusan rumah tradisional, yang disebut hanok, yang berasal dari dinasti Joseon. Nama Bukchon, yang secara harfiah diterjemahkan menjadi "desa utara", muncul karena lingkungan tersebut terletak di utara dua landmark penting Seoul, Sungai Cheonggyecheon dan Jongno. Saat ini, banyak dari hanok ini beroperasi sebagai pusat budaya, wisma tamu, restoran, dan kedai teh, memberikan pengunjung kesempatan untuk mengalami, belajar, dan membenamkan diri dalam budaya tradisional Korea. Karena Bukchon Hanok Village adalah lingkungan yang sebenarnya dengan rumah-rumah penduduk, pengunjung disarankan untuk menghormati lingkungan sekitar sambil melihat-lihat. (Source)
Pada tahun 2009, David Chipperfield Architects memenangkan kompetisi dengan undangan untuk membangun kantor pusat perusahaan kosmetik terbesar Korea Selatan, Amore Pacific. Struktur baru ini mengirimkan sinyal yang jelas: hampir berbentuk kubus, pada 100 meter hanya sedikit lebih tinggi daripada lebarnya. Lantai atas dihiasi dengan tiga taman atap yang terbuka ke kota seperti jendela besar.
Fasad merupakan komponen penting dari konsep keberlanjutan yang telah mencapai sertifikasi emas LEED untuk bangunan tersebut. “Ini termasuk pembangunan perkotaan – bentuk yang jelas, sederhana dan lantai dasar yang ditinggikan – arsitektur – halaman, delimitasi horizontal, bukaan besar yang memberi skala pada bangunan, jendela setinggi langit-langit dengan kerai di depannya – serta pertimbangan kesejahteraan kami, yang menyebabkan taman atap yang ditanami sebagai ruang sosial, di antara fitur-fitur lainnya. Semua faktor ini saling mempengaruhi sejak tahap awal proses perencanaan.” (Source)
---
Day 5: Common Ground - Lotte Tower - Starfield Library - SM Coex Atrium - K Star Road
Common Ground adalah ruang budaya pertama Korea yang terbuat dari kontainer pengiriman. Terbuat dari 200 shipping container. Common Ground menawarkan pengalaman berbelanja yang menyenangkan dan mengasyikkan, makanan gourmet, tren gaya hidup, dan banyak lagi. Common Ground juga memiliki Market Ground dan Play Ground sebagai tempat untuk menyelenggarakan berbagai pertunjukan dan acara.
Menara Lotte World adalah sebuah gedung pencakar langit 123 lantai dengan ketinggian 555,7 m yang terletak di Seoul, Korea Selatan. Dibuka untuk umum pada 11 April 2017, dan saat ini merupakan gedung tertinggi di Korea Selatan dan tertinggi kelima di dunia.
Setelah 13 tahun perencanaan dan persiapan lokasi, menara ini memperoleh persetujuan akhir untuk memulai pembangunan oleh pemerintah pada November 2010 dan kegiatan peletakan tiang pertama dan perakitan rangka diamati di lokasi konstruksi pada bulan Maret. (Source)
Udah masuk langsung keluar lagi, ngeri yang dijual barang high-end semua, salah tempat nih sepertinya.
Terletak di pusat COEX Mall, Starfield Library adalah ruang publik terbuka di mana siapa pun dapat dengan bebas datang untuk duduk, beristirahat, dan membenamkan diri dalam buku bersama dengan bibliofil lainnya. Berbagai pilihan buku dalam berbagai genre seperti humaniora, ekonomi, hobi, dll sudah tersedia. Seluruh bagian perpustakaan didedikasikan untuk buku-buku asing dan penulis terkenal. iPad dapat digunakan untuk membaca e-book. Hampir 600 majalah, dalam dan luar negeri, tersedia untuk dijelajahi. Semua kualitas ini membedakan Perpustakaan Starfield dari perpustakaan biasa lainnya. Selain itu, banyak acara diadakan di sini seperti pertemuan dengan penulis, diskusi buku, pembacaan puisi, ceramah, konser buku, dan banyak lagi. (Source)
SMTOWN Coex Artium pertama kali dibuka pada tahun 2015 dan menjadi tujuan wisata bagi penggemar K-Pop, terutama para penggemar artis SM Entertainment. Bangunan ini menampilkan atraksi seperti kafe, museum, teater, dan toko tempat para penggemar dapat membeli barang yang berkaitan dengan idola mereka. (Source)
Eventhough I am not an SM Ent. fangirl, apa salahnya coba masuk ya....
Terletak di Apgujeong-ro, Gangnam-gu, Seoul, Hallyu K-Star Road merupakan proyek khusus yang dibuat Gangnam-gu untuk wisatawan asing yang mencintai budaya Korea dan Hallyu. Di Hallyu K-Star Road, terdapat banyak toko-toko yang sering dikunjungi oleh bintang Hallyu. Selain Galleria Departement Store dan SM Entertainment, disepanjang jalan Hallyu K-Star Road kamu bisa melihat berbagai patung lucu bergaya bintang K-Pop terkenal seperti Miss A, SHINee, BTS, TVXQ, SNSD, 4Minute, Super Junior, 2 PM, CN Blue, FT Island, dan masih banyak lagi.
---
Day 6: Keberangkatan ke Jakarta (Transit di Kuala Lumpur lagi)
Last seen picture of my passport dan tragedi pengait koper patah, jadi koper harus di wrap plastik gitu, ada-ada aja, padahal koper kesayangan karena pas banget buat light travelling.
Comments
Post a Comment